Beranda | Artikel
Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 149 - 150
Sabtu, 16 Maret 2019

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 149 – 150 adalah kajian tafsir Al-Quran yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Kajian ini beliau sampaikan di Masjid Al-Barkah, komplek studio Radio Rodja dan RodjaTV pada Selasa, 14 Jumadal Akhirah 1440 H / 19 Februari 2019 M.

Kajian Tafsir Al-Quran: Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 149 – 150

Allah Ta’ala berfirman:

وَمِنْ حَيْثُ خَرَجْتَ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۖ وَإِنَّهُ لَلْحَقُّ مِن رَّبِّكَ ۗ وَمَا اللَّـهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ ﴿١٤٩﴾

Dan dari mana saja kamu keluar, maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram, sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang hak dari Rabbmu. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah[2]: 149)

Disini Allah Subhanahu wa Ta’ala kembali menegaskan kepada RasulNya untuk menghadap ke Masjidil Haram sebagai penegasan dan juga sebagai penguatan hati untuk Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Agar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak plin-plan, tidak usah takut dengan komentar-komentar orang. Karena orang-orang ahli kitab mencibir Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, orang-orang Munafik juga mencibir Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Demikian pula orang-orang Musyrikin.

Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala ingin menegaskan kembali kepada Rasulullah tentang hendaknya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menghadap ke Ka’bah.

Kata Syaikh Utsaimin, dari ayat ini kita ambil faidah:

Pertama, wajibnya menghadap ke Masjidil Haram di mana saja kita shalat.

Kedua, Allah mengulang-ulang perintah yang penting ini untuk menghadap ke Masjidil Haram. Karena ayat sebelumnya juga Allah memerintahkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk menghadap ke Ka’bah. Dalam ayat ini Allah kembali mengulangi. Dan ayat setelahnya juga Allah akan kembali mengulangi. Ini adalah untuk lebih mengokohkan hati Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Ketiga, ayat ini menetapkan akan keharaman Masjidil Haram. Dan bahwasanya Masjidil Haram itu adalah haram. Makanya disebut dengan tanah haram.

Keempat, bahwa menghadap ke Ka’bah adalah kebenaran.

Kelima, bahwa ilmu itu sangat sempurna. Karena Allah mengatakan, “Allah tidak pernah lalai.” Di sini Allah meniadakan dari diriNya “lalai”. Berarti itu menunjukkan akan kesempurnaan ilmu Allah Subhanahu wa Ta’ala. Berarti itu menunjukkan bahwa Allah selalu mengawasi gerak-gerik kita, perbuatan kita, dan Allah tak akan pernah lalai. Maka dari itu Allah yang mensucikan diriNya dari sifat lalai.

Keenam, Allah menyandarkan amal kepada manusia. Allah mengatakan, “Tidaklah Allah lalai dari apa yang kalian amalkan.” Sehingga ini bantahan untuk firqoh Jabariyah.

Dalam hal ini sebagaimana pernah kita bahas dan sudah kita ketahui ada tiga kelompok, 2 sesat sedangkan 1 diatas kebenaran. Adapun kelompok sesat yang pertama yaitu Jabariyah. Mereka adalah orang-orang yang berpendapat bahwa manusia itu tidak punya pilihan dan bahwasanya apa yang ia lakukan itu paksaan dari Allah. Sehingga menurut dia, dia melakukan maksiat merupakan kehendak Allah, sudah takdir Allah dan manusia tidak berkeinginan sama sekali, tidak ada ikhtiar, tidak ada pilihan buat dia. Ini jelas pendapat batil. Karena semua kita pasti ketika melakukan keburukan tidak mungkin kita merasa dipaksa. Siapa yang memaksa kita? Ketika kita melakukan maksiat, itu dengan keinginan kita.

Kaum yang kedua adalah kaum Qadariyah. Bahwa manusia berdiri sendiri, tidak ada sama sekali campur tangan Allah dan kehendak Allah. Sehingga apa yang manusia lakukan itu murni keinginan dia sendiri, tidak ada campur tangan Allah sama sekali. Dan Allah pun tidak tahu apa yang kita lakukan sampai terjadi dulu. Kalau sudah terjadi baru Allah tahu. Ini keyakinan Qodariyah yang juga sesaat.

Sementara yang ketiga ini Ahlus Sunnah yang mengatakan bahwa manusia melakukan dengan pilihannya sendiri tapi tetap ada hubungannya dengan kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ketika manusia berkeinginan untuk berbuat maksiat dan dia ingin berbuat maksiat karena dia tidak takut kepada Allah, maka Allah berkehendak dia berbuat maksiat juga dengan kehendak yang bersifat Qauniyah Qodariyah. Karena perbuatannya dia sendiri akibat dia tidak takut kepada Allah, akibat dia tidak berusaha untuk muraqabatullah (merasa diawasi oleh Allah), akibat itulah akhirnya dia kemudian tersesat jalannya.

Dan si manusia ini karena dia yang ingin. Padahal Allah sudah menjelaskan kepada dia bahwa ini kesesatan. Allah sudah mengirimkan para Nabi, para Rasul, kitab-kitab suci untuk menjelaskan. Dan orang ini mampu untuk meninggalkan maksiat, tapi ia ternyata tetap melakukan kemaksiatan. Maka ia berhak untuk diadzab oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 150

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمِنْ حَيْثُ خَرَجْتَ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۚ وَحَيْثُ مَا كُنتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ لِئَلَّا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَيْكُمْ حُجَّةٌ إِلَّا الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِي وَلِأُتِمَّ نِعْمَتِي عَلَيْكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ ﴿١٥٠﴾

Dan dari mana saja kamu keluar, maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu kalian berada, maka hadapkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim diantara mereka. Maka janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku (saja). Dan agar Ku-sempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk.

Di sini Allah menekankan lagi supaya Rasulullah semakin yakin bawah ini memang benar-benar perintah dari Allah dan inilah kebenaran dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebab dengan adanya penekanan berkali-kali dari Allah, itu menjadikan hati lebih kokoh. Maka dari itulah ketika kita memerintahkan hanya sekali saja, terkadang kurang. Tapi kalau kita perintahkan dua kali, tiga kali, empat kali, maka biasanya lebih mengokohkan lagi.

Kemudian kembali lagi menekankan lagi dan memberikan alasan kenapa Allah mengulang-ulang perintah tersebut. Yaitu supaya tidak ada alasan atas manusia untuk mencela kamu. Karena orang Yahudi mencela Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Memang  demikian orang-orang yang tidak suka, komentarnya selalu menyakitkan hati. Mereka berusaha untuk mencari-cari alasan memojokkan orang-orang yang berpegang kepada kebenaran.

Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala kembali mengulang-ulang perintah untuk menghadap ke Masjidil Haram. Supaya tidak ada lagi alasan untuk mencela Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, karena yang Rasulullah lakukan itu benar-benar perintah dari Allah, bukan dari permainan belaka. Semua itu adalah ketentuan dari pencipta alam semesta. Dan sebetulnya mereka tahu. Orang ahli kitab tahu bahwa itu perintah dari Allah.

Siapa yang dimaksud orang-orang yang dzalim pada ayat ini? Kata Syaikh Utsaimin, yang dimaksud yaitu orang-orang yang ngeyel, padahal sudah jelas kepada mereka kebenaran tapi tetap saja mereka mencari-cari alasan untuk memojokkan. Al-Imam Abu Ja’far Ath-Thabari mengatakan yang dimaksud dengan orang-orang dzalim dalam ayat ini yaitu orang-orang Musyrikin.

Simak pada menit ke-13:52

Download MP3 Kajian Tafsir Al-Quran: Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 149 – 150


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/46831-tafsir-surat-al-baqarah-ayat-149-150/